Talk About MEA

Sampai saat ini perbincangan tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN masih terus hangat. Olehkarena itu saya diminta untuk berbicara tentang apa peluang dan ancaman MEA bagi dunia usaha di hadapan Mahasiswa Pascasarjana UGM Yogyakarta

Mentoring for SME

Kenapa pendampingan kepada pelaku usaha mikro kecil itu dibutuhkan? Karena pada sektor usaha ini sangat rentan terhadap perubahan iklim ekonomi lokal maupun nasional. Sehingga, penguatan dan peningkatan daya saing sangat dibutuhkan untuk keberlanjutan usaha mereka.

Dukungan Pemerintah dan Bank Indonesia Penting untuk pengembangan UMKM

Dari kiri kekanan; Drs. Sultoni Nur Rifai, M.Si (Kabid Koperasi dan UKM Disperindagkop dan UKM DIY), Ir. Halomoan Tamba, MBA (Asdep Urusan Pemberdayaan LPB), Ir. Riyadi Ida Bagus Salyo Subali, MM (Kepala Disperindagkop dan UKM DIY), Drs. Braman Setyo, MM (Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM), Tri Mulyono (Kepala Biro Administrasi Perekonomian dan SDA Setda DIY), Perwakilan Bank Indonesia,Yuli Afriyandi (Konsultan PLUT KUMKM)

Talk About SOP Layanan Konsultasi bagi UMKM

Mendapat kesempatan berbagi tentang implementasi SOP layanan konsultasi bagi UMKM dihadapan hampir 100 Konsultan Pendamping Pusat Layanan Usaha Terpadu seluruh Indonesia pada program peningkatan konsultan pendamping PLUT KUMKM Kemenkop dan UKM RI.

Mendampingi dengan Hati

Mentoring atau Pendampingan bagi pelaku usaha mikro kecil membutuhkan metode yang praktis dan tepat sasaran. Namun demikian, hal yang penting harus kita ketahui adalah teknik dalam mengambil hati mereka agar pendampingan yang dilakukan berjalan dengan sukses.

=DIRGAHAYU INDONESIA KE 70= HOT NEWS - Menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN, pelaku UMKM di tantang untuk menstandarisasi produknya-

Selasa, 16 Juni 2015

Menjadi Narasumber Workshop Kewirausahaan IWAYO

Pada tanggal 11-12 Maret 2015, saya menjadi pemateri pada kegiatan Workshop Kewirausahaan yang diselenggarakan oleh Ikatan Waria Yogyakarta (IWAYO) yang bertempat di Hotel Fams Jl. Taman Siswa Yogyakarta. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pembekalan dan wawasan kewiraushaan bagi anggota organisasi IWAYO.

Sebelum adanya kegiatan workshop ini, saya sudah melakukan serangkaian kegiatan mulai dari diskusi awal tentang perumusan tujuan pelatihan dengan metode TNA (training need assement), lalu kemudian penyusunan kurikulum pelatihan.



Hingga pada kegiatan akhir yakni workshop, peserta kegiatan sangat antusias dalam mengikui sesi demi sesi materi. Canda dan tawa serta kosakata khas mereka keluar pada sesi-sesi berlangsungnya materi. Karena desain materi yang ‘renyah’ serta metode pelatihan yang menyenangkan, membuat mereka sebagai peserta pelatihan merasa nyaman dan tidak merasa bosan.


Dua hari berlangsungnya kegiatan cukup untuk merangkum materi kewirausaahaan dan membuat peserta siap dan yakin untuk mengembangkan usahanya masing-masing.


Senin, 15 Juni 2015

Talk About ASEAN Economic Community (AEC)


Yogyakarta, 6 Juni 2015. ASEAN Economic Community (AEC) merupakan sebuah kerjasama antar Negara-negara ASEAN untuk membentuk kawasan yang terintegrasi. Kerjasama yang rencananya akan diterapkan pada akhir tahun 2015 ini menjadi isu yang sensitif dikalangan masyarakat. Ada yang mendukung karena melihat peluang baik yang akan didapat, namun ada juga yang kontra karena menilai masyarakat Indonesia belum siap terhadap persaingan yang akan muncul terutama pada sektor usaha mikro kecil. Karena itu, pembahasan mengenai AEC atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) masih sangat ramai diperbincangkan. 

Mengenai hal ini, pada 6 Juni yang lalu saya berkesempatan ikut memberikan materi mengenai MEA dan bagaimana peluang dan tantangan bagi pengusaha sector Mikro Kecil. Materi ini saya sampaikan pada program Seminar Enterpreneuship yang di gagas oleh Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Materi yang saya sampaikan di depan hampir 50 peserta yang berasal dari mahasiswa dan umum yang bertempat ruang seminar perpustakaan UGM ini mendapatkan respon dan antusiasme yang tinggi. Karena ternyata, pemahaman tentang peluang dan ancaman MEA masih sangat sedikit yang mereka ketahui. Terutama bagaimana memanfaatkan peluang dan meminimalisir ketatnya persaingan dalam dunia usaha.
 
Bahkan, pada akhir sesi saya didatangi oleh beberapa mahasiswa pascasarjana yang masih merasa butuh informasi tentang MEA ini. Salah satu peserta menyarankan kepada saya untuk aktif terus memberikan informasi-informasi MEA kepada khalayak terutama pada pemuda-pemuda yang ingin masuk dalam dunia kerja.

Dalam kesempatan ini juga saya memberikan buku terbaru saya “Menuju Ekonomi Berkeadilan; Pergolakan Pengaruh Ekonomi Neoliberal Vs Ekonomi Kerakyatan” bagi peserta yang terpilih.

Kamis, 28 Mei 2015

Kesempatan dan Ketepatan

Orang bilang kesempatan tidak datang dua kali, ya itu benar. Namun pertanyaannya, apakah kesempatan itu selamanya tepat? Ini yg tidak ada jaminannya.
Dalam bisnis kesempatan dan ketepatan harus selaras. Bagaimana menyulap kesempatan menjadi peluang. Artinya kesempatan itu memang tepat sasaran. Karena, banyak kesempatan hanya menjadi jebakan.
Bila didefinisikan kesempatan itu berkaitan dg waktu dan keadaan yg sifatnya mendesak. Kesempatan itu tidak membutuhkan nalar yg detail. Kesempatan harus dipindai dengan nalar yang kritis dan cerdas sehingga kita dapat mengubah yang pada awalnya jebakan menjadi peluang tepat.
Tips memindai kesempatan harus bermula dari pertanyaan kritis seperti apakah kesempatan ini sesuai dengan kebutuhan saya?. Lalu kemudian apakah kesempatan ini dapat saya posisikan?
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini yg harus kita jawab dengan cepat. To be continuous..

Semangkok Sop

Yogyakarta, 28/05/2015. Memang benar, semangkop sop dapat menghangatkan tubuh dan menyegarkan tenggorokan.
Ini sya rasakan ketika lapar mulai terasa di terik panasnya kota jogja. Memang rasanya tidak tepat menikmati sop panas di bawah teriknya matahari. Tapi ada kenikmatan lain yg saya dapatkan. Apalagi kondisi badan terasa kurang fit.

Selasa, 21 April 2015

Buku Baru; "Menuju Ekonomi Berkeadilan; Pergolakan Pengaruh Ekonomi Neoliberal Vs Ekonomi Kerakyatan".

Tujuan saya menulis buku ini adalah untuk memotret kebijakan ekonomi khususnya di era pemerintahan SBY dan harapan saya bisa menjadi refleksi bagi pemerintahan di era Jokowi.

Beberapa tahun belakangan ini saya tergelitik untuk menuliskan fenomena kesenjangan ekonomi yang terus meningkat. Padahal, pemerintah selalu dengan bangga menunjukkan angka pertumbuhan ekonomi. Saya mengkritik bahwa angka-angka pertumbuhan ekonomi itu bak ilusi yang kerap menyihir banyak kalangan, termasuk masyarakat akar rumput.

Padahal saya memperhatikan dan  dibuktikan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat rasio gini Indonesia justru meningkat dalam 10 tahun pemerintahan SBY. Rasio gini adalah ukuran pemerataan pendapatan yang dihitung berdasarkan kelas pendapatan. Pada 2005, rasio gini Indonesia sebesar 36,3 persen, meningkat menjadi 41,3 persen pada 2013.
Pak Teguh Budiana (Staff Khusus Mentri Koperasi dan UKM) Menerima Buku EKonomi Berkeadilan

Dari sini tentu kita bertanya apa sebenarnya hakikat kebijakan ekonomi yang telah dijalankan?
Berangkat dari sistem ekonomi apa sesungguhnya bangsa ini dalam menjalankan agenda-agenda pensejahteraan rakyat?

Apakah amanah Pancasila terutama sila kelima yakni menciptakan keadilan sosial yang disebut juga keadilan ekonomi bagi seluruh rakyat, serta amanah UUD 1945 yang mewajibkan kemakmuran bagi rakyat dapat diwujudkan?

Pertanyan-pertanyaan inilah yang kemudian bergejolak dalam alam fikir yang kemudian menginspirasi tulisan-tulisan esai yang ada di buku ini.

Judul Menuju Ekonomi Berkeadilan adalah bagian dari optimisme saya bahwa semangat kebangsaan untuk meraih ekonomi yang berkeadilan masih tetap menyala. Karena hal ini berdasar pada semangat founding father kita yang sebetulnya sudah menelurkan sistem ekonomi yang luhur yang berlandaskan nilai-nilai pancasila terutama pada sila ke lima. Walaupun sebenarnya wabah sistem ekonomi neoliberal telah menjalar di bangsa ini, namun semangat membumikan ekonomi kerakyatan masih tetap menyala. Inilah pertarungan dua ideology besar yang terus bergejolak yang coba saya kemukakakan dalam buku ini.

Judul : Menuju Ekonomi Berkeadilan; Pergolakan Pengaruh Ekonomi Liberal Vs Ekonomi Kerakyatan.
Tahun Terbit : Januari 2015
Penerbit: Trussmedia Grafika
Halaman: 192
ISBN : 978-602-0992-01-3
Harga : Rp. 45.000,- (Belum Ongkos Kirim)

 
Pak Teguh Budiana (Staff Khusus Mentri Koperasi dan UKM) Menerima Buku EKonomi Berkeadilan




Kamis, 01 Januari 2015

About Me


YULI AFRIYANDI lahir pada tanggal 27 Juli 1986 di sebuah Desa tertinggal di Kecamatan Kuindra (Sapat), Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Menamatkan SD hingga SLTP di Kota Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir, lalu hijrah ke Kota Bekasi Jawa Barat. Setelah lulus MA (Madrasah Aliyah/setingkat SMA) di Kota Bekasi pada tahun 2005, lalu kembali hijrah untuk melanjutkan pendidikan di kota pelajar Yogyakarta. Tahun 2005 – 2010, pendidikan Sarjana Srata 1 ditempuh di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Jurusan Keuangan Islam. Lalu pada 2010 - 2013 menempuh pendidikan Pascasarjana (S2) di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Jurusan Ekonomi Islam.


Sebelum lulus Pendidikan Sarjana, Ia telah aktif di sebuah Lembaga Swadaya Pengembangan Masyarakat (LSPM) Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil Daerah Istimewa Yogyakarta (PINBUK DIY) hingga awal 2014. Di lembaga inilah pengalaman melakukan pendampingan maupun memberi seminar atau pelatihan kepada pelaku Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (KUMKM) ditempa. Menyelam dalam berbagai dinamika pendampingan terhadap pelaku KUMKM, serta merefleksikan dalam banyak tulisan di media lokal maupun nasional.

Selain karya tulisan berupa artikel opini, Ia juga aktif menulis di Jurnal dan Buku. sampai saat ini sudah dua buku yang diterbitkan; buku Cinta Indonesia Setengah tahun 2013 (inisiasi Kompasiana), dan buku Menuju Ekonomi Berkeadilan; Pengaruh Ekonomi Neoliberal Vs Ekonomi Kerakyatan, tahun 2015.

Kini, selain menjadi Konsultan Bisnis bagi Koperasi dan UMKM di Lembaga Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah (PLUT-KUMKM) D.I Yogyakarta, Ia juga aktif memberikan Training, Pelatihan dan Pendampingan. Selain itu Ia juga tercatat sebagai Dosen luar biasa di Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta.

Sabtu, 23 Agustus 2014

Apa Kabar Bank Petani Ds. Karang Joang?


APA KABAR BANK PETANI?  (Sebuah Catatan Pendampingan Bank Petani Tahun 2013)

Apa kabar bank petani? Ya, inilah kalimat yang ingin saya ucapkan mengawali coretan di laman blog pribadi saya ini. Entah kenapa, rasa kangen saya muncul ketika mengutak atik picture kegiatan di lokasi transmigrasi KM 12 balikpapan 1 tahun yang lalu.

Wajah-wajah polos nan semangat, guratan raut muka optimis, kepalan tangan  dan anggukan penuh kompak tanda mengiyakan dalam kesepahaman menerima program fasilitasi untuk peningkatan kesejahteraan yang lebih baik.


Ya,…Bank Petani adalah bentuk kongkrit untuk menggapai harapan kesejahteraan itu. Terbentuknya lembaga ekonomi (keuangan) professional yang mengangkat nilai-nilai kolektivisme adalah wujud nyata bahwa mereka ikut berkontribusi dalam membangun perekonomian yang kokoh bagi Negara bangsa ini.

Lihat saja wajah kesungguhan mereka tatkala kami merencanakan strategi dalam mengokohkan manajemen operasional kelembagaan bank petani. Ide-ide cemerlang mereka ketika saya mengajak mereka berdiskusi untuk membaca peluang pasar dengan melihat budaya dan kearifan local. Sungguh luar biasa,….tidak perlu teori-teori seperti diajarkan di bangku kuliah, mereka dengan cerdas membaca dan menganalisa banyak potensi yang ada.

Tidak hanya merencanakan, mereka juga semangat dalam bersimulasi, memainkan peran laiknya sebuah lembaga keuangan yang handal. Tidak ada canggung, minder apalagi pesimis. Mereka senang, mereka bahagia, dan satu gumamnya yang  membuat desir darah memompa energy semangat saya dalam melakukan pendampingan, “eeee,…..ternyata gini tho mas, ne’ transaksi di bank niku,..gampang yo”

Kini, Bank Petani di lokasi trans karang joang KM 12 kecamatan Balikpapan utara sudah bersolek.  Kecantikan luar dan dalamnyapun terpancar. Bapak Walikota pun tersenyum sumringah tatkala gunting ditangannya telah memotong pita tanda bahwa Bank Petani milik warga karang joang sudah resmi  beroperasional.


Dengan diguntingnya pita itu program pendampingan saya pun usai. Tanpa terasa 3 bulan lamanya saya tinggal bersama mereka. Namun, pada saat itu saya menyampaikan bahwa yang selesai hanya program yang sifatnya administrative itu. Tapi pendampingan akan selalu ada, selama saya masih bisa memberikan. Itu komitmen saya kepada mereka.

Dan pesan terakhir saya kepada mereka adalah agar selalu menjaga kebersamaan. Mengutamakan kepentingan kolektif di atas kepentingan individu. Itu sejatinya ruh bank petani yang mereka harus selalu jaga. Kegiatan pendampingan kepada anggota supaya terjalin komunikasi serta memupuk semangat kebersamaan juga menjadi pesan penting saya kepada mereka. Karena, semua berhak untuk faham tentang kondisi Bank Petani. Karena Bank Petani bukanlah milik individu, atau milik kaum kapital, tapi Bank Petani adalah miliki semua, pemahaman ini yang selalu saya tanamkan.

Inilah sedikit cerita, dari kumpulan memori yang ada dari perjalanan saya. Semoga menginspirasi.
Yogyakarta, 23 Agustus 2014

Jumat, 14 Mei 2010

Geliat Si Kecil di Tengah Krisis Global

Eksistensi usaha mikro, kial, dan menengah (UMKM) di Indonesia, kembali mendapat ujian besar. Setelah terbukti kokoh menghadapi krisis moneter yang melanda Indonesia, kini krisis global tengah menghadang. Bahkan, di saat perusahaan-perusahaan besar -terlebih lagi perusahaan investasi- bergelimpangan! UM-KM justru akan didorong menjadi penyelamat perekonomian nasional di saat krisis ekonomi global. Asisten Deputi Sarana dan Prasarana Pemasaran, Kementerian Koperasi dan UKM RI, A Zabadi mengatakan, dalam kondisi krisis tindakan yang paling tepat adalah mengarahkan UMKM menjadi sektor yang paling berperan dalam pembangunan ekonomi rakyat. “Terbukti dalam kondisi krisis UMKM dan koperasi tetap berkembang sehingga mampu menjadi penyelamat perekonomian nasional” kata Zabadi.

Menurut Zabadi, saat ini dana stimulus yang dikelola Kementerian Koperasi dan UKM mencapai Rpl,04 triliun. Dana tersebut dialokasikan untuk pengembangan pasar melalui koperasi dan sektor UMKM. “Sampai sejauh ini perkembangan UMKM secara nasional masih berjalan sangat bagus, tegas dia.

Buktinya, telah terjadi peningkatkan jumlah dan volume UMKM. Begitu juga dengan sektor koperasi kani jumlahnya mengalami kenaikan yang signifikan sekitar 20 persen atau mencapai 150 ribu koperasi aktif sampai awal tahun 2009. Dengan aset mencapai Rp5 triliun lebih yang berkembang hampir pada setiap sudut negeri ini. “Stimulus yang dialokasikan pemerintah tersebut juga menjadi tugas koperasi untuk mengembangkan usahamikro kecil menengah seluas-luasnya. Sehingga perekonomian Indonesia terpacu berkembang dari kegiatan UMKM dan koperasi” papar Zabadi lagi.

Dan untuk lebih menambah energi bagi perkembangan UMKM dan koperasi, Menneg Koperasi dan UKM Suryadharma Ali meminta usaha-usaha besar untuk mengembangkan kemitraan dengan UMKM demi menumbuhkan iklim usaha yang kondusif.

Apalagi, program kemitraan antara Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan Usaha Besar, sudah diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 Tentang Kemitraan dan Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, khususnya Pasal 7 dan 11 mengenai penumbuhan iklim usaha.

Suryadharma mengatakan, hal itu pada intinya ditujukan antara lain untuk mewujudkan kemitraan antara UMKM dengan Usaha Besar, mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan transaksi usaha antar UMKM, serta antara UMKM dengan Usaha Besar. “Melalui program kemitraan ini maka akan semakin banyak UMKM yang dapat dibiayai oleh perbankan dalam pengembangan usahanya,” kata Menkop.

Upaya tersebut juga diharapkan dapal menjadi dorongan bagi lembaga keuangan bank untuk mengembangkan program kemitraan demi pemberdayaan UMKM.

Suryadharma mencontohkan, wujud program kemitraan yang sudah dilakukan di antaranya dilakukannya penandatangan perjanjian kredit tanpa agunan pada akhir Februari lalu antara Bank Permata dengan UKM binaan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). “Peran dari YDBA dalam membina dan mengembangkan UMKM, diharapkan dapat men-dukung upaya pemerintah dalam pengentasan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja,” katanya.

Menurut Menkop, pelaksanaan perjanjian kredit tanpa agunan antara Bank Permata dengan UKM Binaan YDBA mencerminkan kepedulian dan kepercayaan dari pihak perbankan atas eksistensi UMKM, yang selama ini sering dianggap tidak layak untuk memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan, khususnya perbankan. “Saya berharap, kepercayaan dari lembaga perbankan kepada UMKM ini dapat terus ditingkatkan dan ditiru oleh bank-bank lainnya sehingga secara berangsur-angsur permasalahan yang dihadapi UMKM di bidang permodalan ini dapat diatasi,” kata Suryadharma lagi.

Namun, Menkop juga berharap agar UMKM dapat menjaga kepercayaan yang diberikan oleh lembaga perbankan, antara lain dengan menjaga kualitas produk dan jasa yang dihasilkan, kedisiplinan dalam membayar pinjaman, serta moralitas dalam bersikap.

Memang, pemerintah pada tahun 2009 ini akan memprioritaskan penyaluran kredit untuk UMKM, karena sektor ini dinilai tahan terhadap guncangan krisis ekonomi. “Berdasarkan pengalaman 10 tahun lalu saat krisis ekonomi melanda Indonesia, temya-ta UMKM tetap eksis sehingga tahun ini sebagian besar penyaluran kredit diarahkan ke sektor itu,” kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Muliaman D Hadad.

Muliaman mengatakan, penyaluran kredit pada 2009 mengalami penurunan dari 30 persen menjadi 16 persen sebagai dampak dari krisis ekonomi global yang terjadi September 2008. “Dari 16 persen tersebut, sebagian besar akan disalurkan untuk meningkatkan UMKM, karena sektor itu tahan terhadap gelombang krisis ekonomi,” ujarnya.

Ia menyatakan, perekonomian dunia dalam dua tahun terakhir, termasuk di Indonesia, masih merasakan dampak dari krisis ekonomi global. Dampak langsung yang dialami Indonesia adalah menurunnya pertumbuhan ekonomi nasional yang juga mempengaruhi di masing-masing provinsi, khususnya yang selama ini mengandalkan ekspor.

Pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2008 mencapai 6 persen, tapi pada 2009 diperkirakan menurun 4-5 persen. “Untuk itu, para pelaku ekonomi, pengambil kebijakan, akademisi dan perbankan perlu duduk bersama mencari solusi dan terobosan ekonomi baru guna mengatasi krisis yang masih melanda dunia sekarang inil kata Muliaman.

Selain itu, untuk mengatasi krisis ekonomi, pemerintah kini sedang menggalakkan ekonomi berbasis syariah. Disebutkan Muliaman, temyata ekonomi syariah tahan terhadap krisis, karena selain menjalankan bisnis sesuai ajaran Islam, juga ditambah lagi unsur etika dan moral bagi pelaku bisnisnya. “Kita harapkan ekonomi syariah bisa menjawab persoalan ekonomi yang dihadapi sekarang ini dan masa yang akan datang,” katanya
Teknologi Inovatif


Nah, untuk mengatasi krisis global dan berkurangnya pasar bagi ekspor Indonesia, maka Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan menyuntik UMKM dengan teknologi inovatif. “Kami telah mengidentifikasi 30 bidang untuk dikembangkan, masing-masing dari tiga sektor, manufaktur, agroindustri dan industri kreatif,” kata Deputi Kepala BPPT bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi Dr Utama H Padmadinata.

Utama Padmadinata mengakui, sudah banyak lembaga yang dibentuk untuk mengembangkan

UMKM, misalnya organisasi di bawah Deperin atau di bawah Kementerian Koperasi dan UKM yang berjalan sendiri-sendiri. “Tahun 2008 Inpres no 5 mengamanatkan semua UMKM disatukan di bawah Menko Perekonomian, sehingga dibentuklah tim yang merupakan perwakilan dari 17 instansi dalam satu payung, termasuk BPPT sebagai pengembang teknologi,” katanya.

Pada 2007-2008, lanjut dia, Pusat Inovasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (PI-UMKM) itu dibentuk dan segera menyusun cetak biru dan peta jalan UMKM ke depan.

Sementara itu, Deputi Menko Perekonomian bidang Industri dan Perdagangan Edy Putra Irawadi mengatakan, penyatuan seluruh lembaga UMKM dalam satu wadah Pl-UMKM diharapkan akan semakin memperkuat sektor UMKM Indonesia. “Disini info tentang pasar alternatif di masa krisis bisa didapat. Juga info pembiayaan dan khususnya bagaimana meningkatkan produk menjadi lebih berkualitas dengan teknologi kreatif dan inovatif,” kata Edy Putra seraya menyebutkan bahwa pasar dengan sentuhan kreasi dan inovasi sangat luas.

Deputi Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM Choirul Jamhari menambahkan, selama ini Indonesia memiliki banyak SDM dengan berbagai hasil risetnya di lembaga-lembaga penelitian dan perguruan tinggi, namun disayangkan “idle” (tak digunakan). “Dari mulai mengganti formalin dengan bahari pengawet makanan yang aman di bidang agro, sampai berbagai inovasi manufaktur dan seni yang perlu dimanfaatkan,” kata Choirul.

Pihaknya juga akan menyatukan sentra-sentra UMKM di berbagai daerah yang masing-masing memiliki spesifikasi produk dengan tujuan-tujuan wisata, sehingga pemasarannya semakin luas.Dikutip dari; http://www.majalah-koperasi.com/*