Yogyakarta, 6 Juni 2015. ASEAN
Economic Community (AEC) merupakan sebuah kerjasama antar Negara-negara ASEAN
untuk membentuk kawasan yang terintegrasi. Kerjasama yang rencananya akan
diterapkan pada akhir tahun 2015 ini menjadi isu yang sensitif dikalangan
masyarakat. Ada yang mendukung karena melihat peluang baik yang akan didapat,
namun ada juga yang kontra karena menilai masyarakat Indonesia belum siap
terhadap persaingan yang akan muncul terutama pada sektor usaha mikro kecil. Karena
itu, pembahasan mengenai AEC atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) masih sangat
ramai diperbincangkan.
Mengenai hal ini, pada 6 Juni
yang lalu saya berkesempatan ikut memberikan materi mengenai MEA dan bagaimana
peluang dan tantangan bagi pengusaha sector Mikro Kecil. Materi ini saya
sampaikan pada program Seminar Enterpreneuship yang di gagas oleh Himpunan
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Materi yang saya sampaikan di
depan hampir 50 peserta yang berasal dari mahasiswa dan umum yang bertempat
ruang seminar perpustakaan UGM ini mendapatkan respon dan antusiasme yang
tinggi. Karena ternyata, pemahaman tentang peluang dan ancaman MEA masih sangat
sedikit yang mereka ketahui. Terutama bagaimana memanfaatkan peluang dan
meminimalisir ketatnya persaingan dalam dunia usaha.
Bahkan, pada akhir sesi saya
didatangi oleh beberapa mahasiswa pascasarjana yang masih merasa butuh
informasi tentang MEA ini. Salah satu peserta menyarankan kepada saya untuk
aktif terus memberikan informasi-informasi MEA kepada khalayak terutama pada
pemuda-pemuda yang ingin masuk dalam dunia kerja.
Dalam kesempatan ini juga saya
memberikan buku terbaru saya “Menuju Ekonomi Berkeadilan; Pergolakan
Pengaruh Ekonomi Neoliberal Vs Ekonomi Kerakyatan” bagi peserta yang
terpilih.
0 komentar:
Posting Komentar