- JUDUL; CINTA INDONESIA SETENGAH; Penerbit; Bentang Pustaka, 2013. Buku tersebut merupakan kumpulan tulisan Kompasianer tentang ide kebangsaan, dan Saya salah satu kontributor dalam kepenulisan buku tersebut. Buku setebal 256 halaman ini memotret Indonesia yang tidak dilihat dan dinilai dengan cara yang sepenggal-sepenggal. Karena, Indonesia adalah sebuah kesatuan jiwa, raga, moril, dan spiritualisme penghuninya dari Sabang sampai Merauke yang terbungkus rapi dalam bingkai yang utuh: ke-INDONESIA-an.”.
- JUDUL; MENUJU EKONOMI BERKEADILAN; PERGOLAKAN PENGARUH EKONOMI NEOLIBERAL VS EKONOMI KERAKYATAN; Penerbit; Trust Media, 2015. Buku ini memotret tentang kebijakan pemerintah terutama dalam bidang ekonomi. Mengungkap tentang bagaimana kebijakan tersebut dipengaruhi oleh faham neoliberalisme yang bertentangan dengan ideologi ekonomi kerakyatan yang telah lama dibangun oleh pendiri bangsa. Buku ini menarik untuk dibaca dan tentu akan mencerahkan sekaligus membuat pembaca hanyut sehingga secara tidar sadar akan memunculkan kegeraman-kegeraman.
Jumat, 19 Juni 2015
Buku Karya Saya
Kamis, 18 Juni 2015
UMKM Perlu daftarkan Merek
Berbagai macam prosedur sudah disosialiasikan melalui website dan media informasi lainnya, dengan harapan banyak masyarakat yang paham dan mulai mendaftarkan HKI.
Namun, jika seluruh prosedur pendaftaran merek dan HKI yang sudah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal HKI dirasa masih terlalu ribet, para pelaku usaha bisa memanfaatkan jasa pendaftaran dan konsultasi HKI secara online.
Dengan jasa tersebut, para pelaku usaha cukup menggunggah berkas-berkas yang dibutuhkan secara online, dan tidak perlu datang langsung ke kantor HKI untuk mendaftarkan mereknya sendiri.
Selain lebih efisien karena tidak perlu meninggalkan pekerjaannya, pelaku usaha juga bisa dibimbing dan mendapatkan konsultasi agar setiap tahap pendaftaran merek bisa berlangsung secara lancar.
Salah satu penyedia jasa pendaftaran dan konsultasi HKI online adalah startupHKI.com, yang fokus terhadap jasa pelayanan HKI bagi para pebisnis pemula atau yang biasa disebut start-up.
Pendiri startupHKI.com Fahrian Agam mengatakan jasa yang dibentuk sejak awal tahun ini bertujuan untuk membantu UMKM dalam proses pendaftaran merek dan HKI lainnya. Pasalnya, proses pendaftaran HKI masih terbilang cukup rumit.
Selain itu, pria lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia itu juga fokus untuk mengedukasi masyarakat, terkait dengan pentingnya HKI melalui artikel-artikel yang rutin dimuat di blog startupHKI, serta konsultasi gratis.
“Banyak pelaku usaha yang enggan mendaftarkan mereknya karena menilai prosesnya ribet, dan mereka harus datang langsung ke kantor HKI. Padahal, bagi mereka waktu sangat berharga dan lebih memilih memanfaatkan waktu tersebut untuk menjalankan bisnisnya,” katanya.
Sementara itu, dengan memanfaatkan jasa pendafataran dan konsultasi online, pemohon tidak perlu repot, karena semua proses dibantu oleh tim yang telah kompeten.
Untuk bantuan pendaftaran merek secara online melalui StartupHKI, pemohon cukup mengakses website startuphki.com, kemudian memilih opsi pendaftaran merek atau pendaftaran hak cipta.
Pemohon cukup mengisi formulir yang telah disediakan, seperti data diri, hingga keterangan terkait merek yang akan didaftarkan mulai dari nama merek, arti merek hingga logo.
Setelah itu, tim StartupHKI akan mulai memproses permohonan tersebut, sambil melihat dan memberikan konsultasi terkait persyaratan apa saja yang masih kurang dan harus dilengkapi.
Untuk jasa tersebut, pemohon cukup membayar Rp1,5 juta untuk setiap merek dengan satu kelas barang. Biaya tersebut sudah termasuk jasa pendaftaran, konsultasi, pembuatan berkas dan surat kuasa, serta pengecekan merek.
“Di biro konsultan HKI lain, ada biaya tambahan untuk jasa pengecekan merek,” katanya.
Setelah berkas dilengkapi, pembayaran jasa dan surat kuasa selesai ditandatangani, maka pemohon cukup menunggu hingga merek selesai teregistrasi, dan tim StartupHKI akan terus melaporkan setiap terjadi perkembangan dari pendaftaran tersebut.
“Setelah itu semua proses dilakukan oleh Ditjen HKI, mulai dari penelusuran merek dan pemeriksaan substantif yang membutuhkan waktu cukup lama,” katanya.
Agam mengakui lamanya proses pendaftaran hingga keluar sertifikat merek yang membutuhkan waktu hingga belasan bulan, juga banyak membuat para pelaku usaha mengurungkan niat mendaftarkan mereknya.
Lamanya proses pendaftaran merek tersebut juga terkadang membuat pemohon tidak sabar dan sering komplain kepada konsultan HKI.
Dia bercerita belum lama ini pihaknya menerima telepon dari seseorang yang mendaftarkan merek melalui sebuah firma HKI yang cukup besar. Dia meminta bantuan untuk mengambil alih proses pendaftaan merek tersebut dan mempercepat prosesnya.
Namun, StartupHKI tidak bisa menerima permohonan tersebut karena banyak pertimbangan, apalagi secara prosedural seluruh proses pendaftaran merek adalah kewenangan Ditjen HKI, dan konsultan tidak memiliki ak untuk mengintervensi atau mempercepat proses pendaftaran HKI.
“Pemohon memang harus bersabar hingga seluruh proses selesai, tapi kami akan terus aktif melaporkan setiap perkembangan, sehingga pemohon tidak perlu risau,” katanya.
Sumber: bisnis.com
Selasa, 16 Juni 2015
Menjadi Narasumber Workshop Kewirausahaan IWAYO
Sebelum adanya kegiatan workshop ini, saya sudah melakukan serangkaian kegiatan mulai dari diskusi awal tentang perumusan tujuan pelatihan dengan metode TNA (training need assement), lalu kemudian penyusunan kurikulum pelatihan.
Hingga pada kegiatan akhir yakni workshop, peserta kegiatan sangat antusias dalam mengikui sesi demi sesi materi. Canda dan tawa serta kosakata khas mereka keluar pada sesi-sesi berlangsungnya materi. Karena desain materi yang ‘renyah’ serta metode pelatihan yang menyenangkan, membuat mereka sebagai peserta pelatihan merasa nyaman dan tidak merasa bosan.
Dua hari berlangsungnya kegiatan cukup untuk merangkum materi kewirausaahaan dan membuat peserta siap dan yakin untuk mengembangkan usahanya masing-masing.
Senin, 15 Juni 2015
Talk About ASEAN Economic Community (AEC)

Kamis, 28 Mei 2015
Kesempatan dan Ketepatan
Orang bilang kesempatan tidak datang dua kali, ya itu benar. Namun pertanyaannya, apakah kesempatan itu selamanya tepat? Ini yg tidak ada jaminannya.
Dalam bisnis kesempatan dan ketepatan harus selaras. Bagaimana menyulap kesempatan menjadi peluang. Artinya kesempatan itu memang tepat sasaran. Karena, banyak kesempatan hanya menjadi jebakan.
Bila didefinisikan kesempatan itu berkaitan dg waktu dan keadaan yg sifatnya mendesak. Kesempatan itu tidak membutuhkan nalar yg detail. Kesempatan harus dipindai dengan nalar yang kritis dan cerdas sehingga kita dapat mengubah yang pada awalnya jebakan menjadi peluang tepat.
Tips memindai kesempatan harus bermula dari pertanyaan kritis seperti apakah kesempatan ini sesuai dengan kebutuhan saya?. Lalu kemudian apakah kesempatan ini dapat saya posisikan?
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini yg harus kita jawab dengan cepat. To be continuous..
Semangkok Sop
Yogyakarta, 28/05/2015. Memang benar, semangkop sop dapat menghangatkan tubuh dan menyegarkan tenggorokan.
Ini sya rasakan ketika lapar mulai terasa di terik panasnya kota jogja. Memang rasanya tidak tepat menikmati sop panas di bawah teriknya matahari. Tapi ada kenikmatan lain yg saya dapatkan. Apalagi kondisi badan terasa kurang fit.
Selasa, 21 April 2015
Buku Baru; "Menuju Ekonomi Berkeadilan; Pergolakan Pengaruh Ekonomi Neoliberal Vs Ekonomi Kerakyatan".

Beberapa tahun belakangan ini saya tergelitik untuk menuliskan fenomena kesenjangan ekonomi yang terus meningkat. Padahal, pemerintah selalu dengan bangga menunjukkan angka pertumbuhan ekonomi. Saya mengkritik bahwa angka-angka pertumbuhan ekonomi itu bak ilusi yang kerap menyihir banyak kalangan, termasuk masyarakat akar rumput.
Padahal saya memperhatikan dan dibuktikan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat rasio gini Indonesia justru meningkat dalam 10 tahun pemerintahan SBY. Rasio gini adalah ukuran pemerataan pendapatan yang dihitung berdasarkan kelas pendapatan. Pada 2005, rasio gini Indonesia sebesar 36,3 persen, meningkat menjadi 41,3 persen pada 2013.
Pak Teguh Budiana (Staff Khusus Mentri Koperasi dan UKM) Menerima Buku EKonomi Berkeadilan
Dari sini tentu kita bertanya apa sebenarnya hakikat kebijakan ekonomi yang telah dijalankan?
Berangkat dari sistem ekonomi apa sesungguhnya bangsa ini dalam menjalankan agenda-agenda pensejahteraan rakyat?
Apakah amanah Pancasila terutama sila kelima yakni menciptakan keadilan sosial yang disebut juga keadilan ekonomi bagi seluruh rakyat, serta amanah UUD 1945 yang mewajibkan kemakmuran bagi rakyat dapat diwujudkan?
Pertanyan-pertanyaan inilah yang kemudian bergejolak dalam alam fikir yang kemudian menginspirasi tulisan-tulisan esai yang ada di buku ini.
Judul Menuju Ekonomi Berkeadilan adalah bagian dari optimisme saya bahwa semangat kebangsaan untuk meraih ekonomi yang berkeadilan masih tetap menyala. Karena hal ini berdasar pada semangat founding father kita yang sebetulnya sudah menelurkan sistem ekonomi yang luhur yang berlandaskan nilai-nilai pancasila terutama pada sila ke lima. Walaupun sebenarnya wabah sistem ekonomi neoliberal telah menjalar di bangsa ini, namun semangat membumikan ekonomi kerakyatan masih tetap menyala. Inilah pertarungan dua ideology besar yang terus bergejolak yang coba saya kemukakakan dalam buku ini.
Judul : Menuju Ekonomi Berkeadilan; Pergolakan Pengaruh Ekonomi Liberal Vs Ekonomi Kerakyatan.
Tahun Terbit : Januari 2015
Penerbit: Trussmedia Grafika
Halaman: 192
ISBN : 978-602-0992-01-3
Harga : Rp. 45.000,- (Belum Ongkos Kirim)
Kamis, 01 Januari 2015
About Me

YULI AFRIYANDI lahir pada tanggal 27 Juli 1986 di sebuah Desa tertinggal di Kecamatan Kuindra (Sapat), Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Menamatkan SD hingga SLTP di Kota Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir, lalu hijrah ke Kota Bekasi Jawa Barat. Setelah lulus MA (Madrasah Aliyah/setingkat SMA) di Kota Bekasi pada tahun 2005, lalu kembali hijrah untuk melanjutkan pendidikan di kota pelajar Yogyakarta. Tahun 2005 – 2010, pendidikan Sarjana Srata 1 ditempuh di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Jurusan Keuangan Islam. Lalu pada 2010 - 2013 menempuh pendidikan Pascasarjana (S2) di Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Jurusan Ekonomi Islam.

Sebelum lulus Pendidikan Sarjana, Ia telah aktif di sebuah Lembaga Swadaya Pengembangan Masyarakat (LSPM) Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil Daerah Istimewa Yogyakarta (PINBUK DIY) hingga awal 2014. Di lembaga inilah pengalaman melakukan pendampingan maupun memberi seminar atau pelatihan kepada pelaku Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (KUMKM) ditempa. Menyelam dalam berbagai dinamika pendampingan terhadap pelaku KUMKM, serta merefleksikan dalam banyak tulisan di media lokal maupun nasional.
Selain karya tulisan berupa artikel opini, Ia juga aktif menulis di Jurnal dan Buku. sampai saat ini sudah dua buku yang diterbitkan; buku Cinta Indonesia Setengah tahun 2013 (inisiasi Kompasiana), dan buku Menuju Ekonomi Berkeadilan; Pengaruh Ekonomi Neoliberal Vs Ekonomi Kerakyatan, tahun 2015.
Kini, selain menjadi Konsultan Bisnis bagi Koperasi dan UMKM di Lembaga Pusat Layanan Usaha Terpadu Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah (PLUT-KUMKM) D.I Yogyakarta, Ia juga aktif memberikan Training, Pelatihan dan Pendampingan. Selain itu Ia juga tercatat sebagai Dosen luar biasa di Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta.